Sabtu, 16 April 2011

Berkah Sebuah Ketaqwaan

Ada seorang Pemuda yang Bertaqwa,tetapi dia sangat lugu. Suatu kali ia belajar pada seorang Syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang Syaikh menasehati dia dengan teman-temannya. "kalian tidak boleh menjadi beben orang lain. Sesungguhnya seorang alim yang menadahkan tangannya kapada orang-orang yang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Maka pergilah pemuda tadi manemui ibunya seraya bertanya: "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu di kerjakan ayahku?" sambil bergetar ibunya menjawab: " Ayahmu sudah meninggal apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?"  Si pemuda ini terus memaksa untuk diberitahu, tetapi si Ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata: "Ayahmu dulu seorang pencuri".

Pemuda itu berkata  ; "Guruku memerintahkan kami murid-muridnya untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketaqwaan kepada ALLAH dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Ibunya menyela : "Hey apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketaqwaan?" kemudian anaknya dengan begitu polos menjawab : "ya begitu kata guruku." lalu ia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang ia mengetahui tehnik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat isya' dan menunggu sampai semua orang tertidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankkan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulialah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertaqwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk taqwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditinggalkannya. Lalu ia melewati rumah lain, ia berbisik pada dirinya : "Ini rumah anak yatim". Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang itu memiliki harta yang melebihi kebutuhanya. "ha disini, gumannya". Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setalah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak . Dia tergoda untuk mengambilnya. lalu dia berkata : "eh,jangan,syaikhku berpesan agar aku selalu bertaqwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu".

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dia menghidupkan lentera kacil yang di bawahnya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. dia pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan ada berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri : " Ingat taqwa kepada ALLAH! kau harus melaksanakan shalat dulu!" Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melaksanakan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang yang sedang melaksanakan shalat. Istrinya Bertanya : "Apa ini?" Dijawab suaminya : "Demi ALLAH, aku juga tidak tahu". Lalu dia menghampiri pencuri itu : "kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?" Si pencuri berkata : " Shalat dulu baru bicara. Ayo pergilah Berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang berhak jadi imam.

Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah mengikuti kehendaknya. Tetapi wallahu a'lam  bagaimana ia bisa shalat. Selesai shalat ia bertanya :"sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?", Dia menjawab : " saya ini pencuri". " lalu apa yang kau perbuat dengan buku-buku catatanku itu?", tanya tian rumah lagi. Si pencuri menjawab : "Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama 6 tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat menberikannya kepada orang yang berhak". Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu keheranan. Lalu dia berkata : " hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?".  Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui mamfaat zakat, dia pergi menemui istrinya. Mereka berdua di karuniai seorang putri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah kembali menemui si pencuri, kemudian berkata : " Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau ku jadikan mitra bisnisku." Ia menjawab : " Aku setuju". Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya. End//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar